Ilusi Persekolahan

Sekolah favorit


Hai aybund, sedang repot mencari sekolah untuk anakkah saat ini?

Beberapa orang tua berkeluh kesah, duh susahnya daftar sekolah saat ini. Bukan karena nilai yang kurang memadai (kalau itu sih masalah internal pribadi lah ya), usut punya usut ternyata karena banyak yang terkendala sistem zonasi.

Katanya pilih saja dulu sekolah yang terdekat. Padahal sekolah favorit letakny berkilo-kilo meter dari rumah. Secara zona jauuuh sekali.

Ada yang coba-coba menitipkan anaknya agar masuk ke kartu keluarga punya saudara. Yah, demi kilometer yang memendek dan menjangkau zona pertama. Sedih, sudah anak 'tak diakui' dan tereliminasi dan KK asli ternyata trik yang ini masih terdeteksi.

Ada juga yang merasa mendapat kemudahan dari Allah SWT dengan mendadak jadi orang miskin. Eh, gimana maksudnya? Ya gitu, di saat orang berlomba-lomba kerja biar kaya, yang ini justru berlomba-lomba dapat kartu miskin. Nah, emang beneran gitu mau jadi miskin? Hanya demi anaknya bisa diterima sekolah favorit yang katanya tidak boleh menolak keluarga miskin.

Padahal, sekolah favorit tuh apaan sih? Biar pinter gitu? Faktanya 90% peserta bimbel atau bimtes justru berasal dari sekolah favorit. Nah lho, ngapain aja di sekolah?

Iya, ngapain aja di sekolah? Ngapain aja kerjaan sekolah favorit itu kalau anak didiknya justru masih harus nambah belajar lagi di bimbel.

Belum lagi, seberapa bermakna sih rumus-rumus yang dihafal. Untuk apa? Berpengaruh di kehidupan kah? Hanya demi berlomba saling hafal rumus itu saja orang tua saling sikut dengan segala cara.

Semoga kita sebagai orang tua bisa lebih bijak memaknai apa yang mesti dipelajari. Tidak hanya terpesona dengan kemewahan dan ketenaran sebuah sekolah yang ternyata hanya ilusi.

Semoga manusia-manusia cerdas yang tercipta dari bangku sekolah memahami, untuk apa saja ia menghabiskan tahun demi tahun hidupnya selama ini. Aamiin

No comments:

Powered by Blogger.